search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pura Swagina, Ikon Baru Desa Sebudi yang Lahir Kembali Setelah Erupsi Gunung Agung
Kamis, 17 Oktober 2024, 22:41 WITA Follow
image

Pura Swagina di Desa Sebudi, Karangasem, akhirnya berhasil dibangun kembali setelah puluhan tahun rusak akibat erupsi Gunung Agung.

IKUTI BERITAKARANGASEM.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAKARANGASEM.COM, KARANGASEM.

Setelah puluhan tahun rusak akibat erupsi dahsyat Gunung Agung pada tahun 1963, warga Desa Adat Sebudi, Kecamatan Selat,

Kabupaten Karangasem akhirnya berhasil membangun kembali Pura tempat berstana Ida Ratu Bagus Bebotoh dan Ida Ayu Mas Melanting. 

Pura yang kini dikenal dengan nama Pura Swagina ini diresmikan dengan upacara adat besar yang dilaksanakan pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Menurut Jero Mangku Tirta, Ketua Panitia Pembangunan Pura, pembangunan ini dimulai pada 9 Juni 2021 dengan peletakan batu pertama. 

Biaya pembangunan sebesar Rp 1,6 miliar terkumpul dari sumbangan warga, pengusaha, dan pihak ketiga, tanpa adanya pungutan iuran warga. 

Hingga kini, kekurangan dana yang mencapai Rp 700 juta lebih sementara ditanggung oleh Mangku Tirta.

Pura Swagina, yang dahulu terbagi menjadi dua tempat pemujaan, yakni Pura di selatan untuk Ida Ratu Bagus Bebotohdan Pura di utara untuk Ida Ayu Mas Melanting, mengalami kehancuran total saat Gunung Agung meletus pada tahun 1963. 

Selama bertahun-tahun, masyarakat belum bisa membangun kembali pura tersebut, hingga akhirnya pada tahun 2021 mereka memulai upaya pembangunan secara swadaya.

Upacara melaspas, pemarisuda, dan ngersigana menjadi tanda diresmikannya Pura Swagina. Pada hari yang sama, Ida Bhatara dilinggihkan dari lokasi pura yang lama ke bangunan yang baru. 

"Hari ini adalah upacara pengukuhan pertama setelah erupsi 1963, sekaligus peresmian Pura Swagina," ungkap Mangku Tirta.

Pura Swagina memiliki arti penting bagi masyarakat Sebudi, khususnya dalam kaitannya dengan kemakmuran dan keberkahan atas pekerjaan dan penghidupan mereka. 

Pura ini juga menjadi pusat pemujaan para petani sebelum memulai aktivitas bertani dan berkebun.

Setiap sasih kasa (bulan pertama dalam penanggalan Bali), warga menggelar upacara Pecaruan Pangendag yang menggunakan korban suci berupa Banteng Hitam sebagai sarana untuk menetralisir energi negatif. 

Upacara ini bertujuan agar tanaman yang baru ditanam tumbuh subur dan hasil panen melimpah.

Setelah musim panen tiba, tepat pada Purnama sasih Kapat, dilaksanakan Usaba Nini, sebuah upacara sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.

Pura Swagina berdiri di atas lahan seluas 10 are dengan total biaya pembangunan mencapai Rp 1,6 miliar. 

Pura ini dilengkapi dengan pelinggih, tembok, candi, dan Kori Agung yang semuanya terbuat dari batu hitam Karangasem, yang menambah keagungan dan keindahan pura tersebut. 

Bantuan dana juga datang dari pengusaha dan pihak ketiga yang turut mendukung proses pembangunan.

Editor: Aka Kresia

Reporter: bbn/rls

Banner

Iklan Sponsor

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritakarangasem.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Karangasem.
Ikuti kami