search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Desa Tenganan Pegringsingan dan Kisah Orang-Orang Paneges
Minggu, 25 Juli 2021, 05:25 WITA Follow
image

beritabali.com/ist /karangasemkab.go.id/Desa Tenganan Pegringsingan dan Kisah Orang-Orang Paneges

IKUTI BERITAKARANGASEM.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAKARANGASEM.COM, KARANGASEM.

Desa Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem, merupakan salah satu desa Bali Aga yang masih bertahan hingga kini. Desa ini ditetapkan Pemerintah Kabupaten Karangasem sebagai salah satu objek wisata andalan.

Lahirnya Desa Tenganan Pegringsingan berkaitan erat dengan kisah orang-orang Desa Paneges yang memburu kuda Raja Bedahulu. Desa Paneges diyakini berada di daerah Bedulu, Gianyar, dekat dengan Pura Goa gajah Saat ini.

Diceritakan, Raja Bedahulu memiliki kuda kesayangan yang bernama Kuda Once Srawa. Tatkala akan melaksanakan yadnya atau upacara, kuda sang Raja menghilang. Padahal kuda ini bakal digunakan sebagai hewan korban dalam upacara tersebut.

Untuk mencari Kuda Once Srawa, Raja Bedahulu menugasi para patih dan prajuritnya yang disebar ke segala arah. Orang-orang Paneges mendapat tugas mencari kuda itu ke arah timur.

Ternyata rombongan orang-orang Paneges ini berhail menemukan kuda sang Raja. Kuda itu ditemukan di sebuah hutan lebat yang dikelilingi bukit-bukit kecil. Kuda yang dikeramatkan itu ditemukan dalam keadaan sudah mati. Tidak diketahui sebab-sebab kematiannya. Tidak ada bekas luka dan tanda-tanda penyakit.

Penemuan Kuda Once Srawa dilaporkan kepada Raja Bedahulu. Sang Raja tentu saja sedih. Namun raja bijaksana itu tetap menghargai jasa orang-orang Paneges itu. Sebagai hadiah, mereka diberi kekuasaan atas tempat ditemukannya mayat kuada tersebut dengan luas sejauh bau busuk bangkai kuda itu bisa dicium.

Namun orang-orang Paneges cukup cerdik juga. Bangkai kuda itu dipotong-potong dan potongan itu dibawa berkeliling ke segenap penjuru, sehingga wilayah kekuasaan orang-orang Peneges menjadi lebih luas.

Di tempat-tempat diletakkannya potongan bangkai kuda itu pun didirikan tempat pemujaan dengan tanda atau simbol berupa batu. Di bagian utara Tenganan Pegringsingan terdapat candi yang menggambarkan kemaluan kuda berdiri tegak. Warga Desa Tenganan Pegringsingan menyebutnya sebagai "Kaki Dukun". 

Tak jauh dari "Kaki Dukun" terdapat bentuk monolit terbesar yang disebut dengan nama "Batu Taikik". Warga Tenganan menganggap ini sebagai bekas cercahan isi perut Kuda Once Srawa. Ada juga "Rambut Pule" yang merupakan onggokan batu-batu kali yang tersusun sedemikian rupa yang dpercaya sebagai bekas kepala kuda.

Di bukit sebelah barat, ada peninggalan yang diyakini sebagai bekas paha kuda dan disebut "Penimbalan". Terakhir, di bukit barat laut terdapat "Batu Jaran" yang diyakini sebagai tempat pertama kalinya Kuda Once Srawa ditemukan.

Awalnya, wilayah yang ditempati oreng-orang Paneges itu sampai di pesisir Pantai Ujung. Ini tersurat dalam lontar Usana Bali maupun Prasasti Ujung. Namun karena terkena abrasi laut yang parah dan serangan ikan hiu, orang-orang ini pindah ke tengah. Hingga ini antara warga Tenganan dan Ujung masih memiliki hubungan. Saat dilaksanakan upacara di Pura Segara Ujung, warga Tenganan bakal "Tangkil" atau datang untuk bersembahyang.

Perihal nama Tenganan masih belum jelas karena ada beberapa versi. Seorang peneliti, R. Goris menyatakan kata Tenganan sudah ditemukan dalam salah satu prasasti Bali dengan kaya Tranganan. Kata ini kemudian berkembang menjadi Tenganan.

Peneliti lainnya, V.E. Korn menyebut Tenganan berasal dari kata "Ngatengahang" (bergerak ke tengah). Ini Berkaitan dengan cerita berpondahkan warga Tenganan dari pesisir Pantai Ujung mencari tempat lebih ke tengah.

Versi lainnya menyebut Tenganan berasal dari kata "Tengan" atau kanan. Ini berkaitan dengan cerita warga Tenganan yang berasal dari orang-orang Paneges. Paneges berarti pasti atau tangan kanan. (sumber: buku Perkawinan Terlarang, Penulis: I Made Sujaya)

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/tim

Banner

Iklan Sponsor

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritakarangasem.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Karangasem.
Ikuti kami