search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Tradisi Perang Ketipat, Cara Unik Warga Apit Yeh Bersyukur
Kamis, 19 Mei 2022, 21:20 WITA Follow
image

beritakarangasem.com

IKUTI BERITAKARANGASEM.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITAKARANGASEM.COM, MANGGIS.

Warga Desa Adat Apit Yeh, Manggis, Karangasem memiliki cara yang cukup unik dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil pertanian yang mereka terima.

Rasa syukur tersebut mereka ungkapkan lewat perang. Namun perang yang dimaksud bukanlah perang berdarah - darah seperti yang dibayangkan, melainkan mereka berperang menggunakan senjata "ketipat" (ketupat).

Menurut Bendesa Adat Apit Yeh, I Nengah Kuta, seperti sebutannya "Perang ketipat" warga Desa Adat Apit Yeh yang sebelumnya sudah dibagi menjadi dua kelompok berperang dengan cara saling lempar menggunakan ketipat (ketupat).

Ketipat itulah nantinya sebagai senjatanya ditempatkan tepat di areal pertigaan yang ada di wilayah Desa Adat setempat. 

Perang Ketipat ini merupakan salah satu tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para tetua di Desa Adat Apit Yeh sebagai ungkapan rasa syukur atas anugrah Ida Bhatari Sri sebagai manifestasi Tuhan.

Hal ini karena telah memberikan hasil panen yang melimpah mengingat sebagian besar warga merupakan petani. 

"Tradisi ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali tepatnya 15 hari setelah prosesi "Mebiukukung" di sawah, dan kebetulan pelaksanaan perang tipat nya jatuh tepat pada hari ini," tutur Bendesa Nengah Kuta kepada media ini, Kamis (19/5/2022).

Sebelum dilaksanakannya tradisi tersebut, masing - masing warga menghaturkan sebanyak 2 kelan atau 12 biji ketipat (ketupat) ke Pura Puseh dan kayangan tiga yang ada di Desa Adat setempat.

Nah setelah dihaturkan, barulah ketupat tersebut digunakan sebagai senjata dalam tradisi perang ketipat tersebut. 

Menariknya, selain sebagai ungkapan rasa syukur. Ketupat yang sudah dilemparkan dalam

tradisi perang ketupat tersebut biasanya menjadi rebutan warga untuk dibawa pulang dan diberikan kepada hewan ternak. 

Menurut kepercayaan, jika ketupat yang telah digunakan atau dilemparkan saat tradisi tersebut diberikan kepada hewan ternak maka ternaknya yang dipelihara akan subur dan terhindar dari penyakit.

Editor: Robby Patria

Reporter: bbn/net

Banner

Iklan Sponsor

Banner

Iklan Sponsor



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritakarangasem.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Karangasem.
Ikuti kami